Adab menuntut ilmu dalam islam yaitu dengan belajar adab terlebih dahulu sebelum ilmu, bisa diartikan bahwa seorang murid itu harus belajar adab terlebih dahulu dari gurunya, sebelum ilmunya. Dan seorang guru harus memiliki adab sebelum menyampaikan ilmunya.
seperti Ibnul Mubarak berkata, “Aku belajar ilmu selama dua puluh tahun, dan aku belajar adab ilmu selama tiga puluh tahun.” . Seperti Rasulullah, beliau adalah guru besar bagi seluruh umat, dan dari adabnya lah beliau bisa melahirkan banyak generasi yang berilmu istimewa pada zamannya.
Maka dari itu, antara adab dan ilmu saling berkaitan, karena semua ini akan berdampak bagi anak hasil didikan sang guru, maka seorang murid akan belajar adab dari gurunya, dan seorang guru harus memiliki adab sebelum menyampaikan ilmunya. Jika seperti ini ilmu akan menjadi berkah dan bisa merubah generasi penuntut ilmu menjadi sebaik genersi zaman Rasulullah.
Beberapa adab menuntut ilmu sesuai dengan ajaran Islam:
1). Harus Jujur dan Mengikhlaskan Niat
Menuntut ilmu yaitu harus dengan hati yang jujur dan berniat iklhlas karena Allah, Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai yang ia niatkan.” (HR. Bukhari).
Selama kita mempelajari ilmu dengan jujur, niat yang kuat dan berada di jalan Allah. Maka Allah akan mempermudah kita untuk mendapatkan ilmu itu, dan insyallah ilmu yang kita dapatkan bisa berkah dan bermanfaat untuk kita amalkan.
2). Harus Membersihkan Hati dari Akhlak yang Buruk
Tidak lupa kita untuk membersihkan hati kita terlebih dahulu, dari akhlak tercela kita yang pernah kita perbuat sebelumnya, dengan cara begini kita bisa mendapat kemudahan dari Allah, karena ilmu yang bermanfaat adalah cahaya dari Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya yang bertakwa.
Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu menjauhi dirinya dari hasad, riya’, ‘ujub, dan semua akhlak tercela. Ilmu tidak bisa berkah apabila, ilmu yang kita pelajari belum bisa membuat kita berubah untuk menjadi diri yang lebih baik lagi, maka dari itu kita harus membersihkan hati kita dari akhlak yang tercela.
3). Mempelajari Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu yang bermanfaat, akan bisa membuat ilmu ini bisa kita amalkan dengan benar, menjadi berkah dan bisa membuat perubahan menjadi lebih baik. Insyaallah ilmunya akan diridhoi oleh Allah dan bisa memberikan kita pahala yang berlipat ganda.
untuk mencari ilmu ada doanya sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَ مِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ وَ مِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الْأَرْبَعِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak puas dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung dari empat hal itu kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i dari Ibnu ‘Amr, dan diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Hurairah, dan Nasa’i dari Anas, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1297).
4). Bersungguh-sungguh Dalam Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu, diperlukan niatan untuk selalu bersungguh-sungguh. Tidak patut para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencari ilmu.
Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu tersebut.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak akan pernah kenyang: yakni (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang serakah terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi).
Maka kita harus dengan bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu, karena ilmu bukan untuk dipermainkan, karena ilmu itu karunia istimewa dari Allah.
5). Tidak Usah Malu Untuk Bertanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An Nahl: 43). Aisyah berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, dimana rasa malu tidak menghalangi mereka belajar agama.”
Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu tidak malu bertanya, karena bila kita malu, maka pengetahuan kita akan terhenti, ilmu yang ingin kita ketahui tidak bisa kita kuasai, maka bertanyalah sesuai denganapa yang ingin kamu ketaui, tetapi jangan lupa untuk bertanya dengan menggunakan adab.
6). Tidak Boleh Merasa Sombong
Dalam menuntut ilmu, Allah melarang kita untuk merasa sombong karena ilmu yang telah kita miliki, karena ilmu pengetahuan manusia itu tidak ada apa-apanya, hanya terbatas. Sedangkan Allah lah pemilik segala ilmu di alam semesta ini.
Sebagai manusia yang taat seharusnya kita bersikap beradab untuk menuntut ilmu dengan ajaran yang Allah berikan, yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
7). Harus Sabar
Merasa sabar juga harus kita miliki, karena ilmu itu berjalan dengan waktu yang membutuhkan proses, dan semua itu tergantung dengan diri kita, bila kita memiliki rasa sabar dan memohon kepada Allah, semoga dengan ilmu yang kita pelajari akan menjadi berkah dan bermanfaat.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Yahya bin Katsir, ia berkata, “Ilmu tidaklah diperoleh dengan jiwa-raga yang santai.”
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Yahya bin Katsir, ia berkata, “Ilmu tidaklah diperoleh dengan jiwa-raga yang santai.
8). harus Menghargai Ilmu dari Gurunya
Ilmu juga tidak bisa menjadi berkah, apabila kita menjalaninya tanpa menghargai guru yang telah memberikan kita ilmu, kita bisa menghargai ilmu dari guru kita dengan cara:
- Mendengarkan guru ketika menyampaikan ilmunya
- Memahami ilmu yang disampaikan
- Menghafalkan ilmu yang telah disampaikan
Nabi muhammad saw beliau bersabda :
Allah akan memberikan cahaya kepada wajah orang yang telah mendengarkan perkataan, kemudian ia dapat memahaminya, menghafalkannnya, dan menyampaikannya. Banyak sekali orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya. (HR.At-Tirmidzi).
9). Harus Mengamalkan Ilmunya
Ilmu tidak akan hilang bila kita mengamalkannya, ilmu akan terus bertambah apabila kita sering membicarakanya baik itu bisa seperti Dakwah kepada sesama untuk saling berbagi ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang di jalan Allah.
Ilmu juga harus kita catat tidak hanya di kepala saja, tetapi juga bisa dalam bentuk tulisan. Agar ilmu yang telah disampaikannya tidak akan hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya.
Simak juga video : Qoidah Dalam Menuntut Ilmu - Buya Yahya Menjawab berikut ini
Simak juga video : Qoidah Dalam Menuntut Ilmu - Buya Yahya Menjawab berikut ini
Kelebihan Menuntut Ilmu Dalam Islam
Antara kelebihan yang dijelaskan di dalam hadith Nabi SAW bagi orang-orang yang menuntut ilmu ini, kami ingin datangkan sebuah hadith yang panjang di dalam Sahih Muslim yang menceritakan di dalam sebahagian matannya akan kelebihan orang yang menuntut ilmu.
Daripada Abu Hurairah RA, bahawa Nabi SAW bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Maksudnya: “Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan untuk ke Syurga. Tidaklah satu kumpulan berkumpul di dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, membaca kitab Allah (al-Qur’an) dan mempelajarinya sesama mereka melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), diliputi ke atas mereka rahmat dan dinaungi oleh malaikat serta Allah SWT akan menyebut mereka pada malaikat yang berada di sisi-Nya”. [Riwayat Muslim (4867)]
Makna Hadist:
Di dalam hadith ini mengandungi pelbagai jenis ilmu, kaedah-kaedah dan adab-adab. Antaranya ialah ia menceritakan akan kelebihan keluar menuntut ilmu dan sentiasa sibuk dengan ilmu syar’ie dengan syarat ia niatnya adalah kerana Allah SWT.
Walaupun syarat ini merupakan syarat untuk setiap ibadat tetapi telah menjadi adat para ulama’ mengikat masalah ini dengannya kerana sebahagian manusia mengambil mudah dan lalai terhadapnya terutama golongan permulaan dan seumpama dengan mereka.
Selain itu juga, maksud sabda Nabi SAW “Tidaklah satu kumpulan berkumpul di dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, membaca kitab Allah (al-Qur’an) dan mempelajarinya sesama mereka melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), diliputi ke atas mereka rahmat” adalah dikatakan yang dimaksudkan dengan sakinah di sini adalah rahmat.
Ini yang dipilih oleh al-Qadhi ‘Iyadh tetapi ia adalah dhaif disebabkan rahmat telah di’athafkan dengan sakinah. Dikatakan juga ia (yang dimaksudkan dengan sakinah) adalah thoma’ninah dan kemuliaan.
Ini adalah lebih baik dan ia juga mempunyai dalil atau petunjuk akan kelebihan berkumpul untuk membaca al-Qur’an di dalam masjid. [Lihat: al-Minhaj Syarh Sahih Muslim, 17/21]
Sumber: AL-HASANIYYAH
Sumber: AL-HASANIYYAH